favicon
Jadwal Kajian Rutin Ahlussunnah di Tasikmalaya
Lihat


Tata Cara Shalat Istisqa (Shalat Untuk Minta Turun Hujan)

   
Tata Cara Shalat Istisqa (Shalat Untuk Minta Turun Hujan)

Tata Cara Shalat Istisqa (Shalat Untuk Minta Turun Hujan)

Tata Cara Shalat Istisqa Meminta Kepada Allah agar Diturunkan Huja, Hadits-hadits Shahih Tentang Shalat Istisqa

TATA CARA SHALAT ISTISQA

Oleh : Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah
Tata Cara Shalat Istisqa (Shalat Untuk Minta Turun Hujan)
Shalat Istisqa seperti Shalat ‘Id. Shalat dua raka’at, pada raka’at pertama BERTAKBIR TUJUH (7) KALI, dan pada raka’at kedua BERTAKBIR LIMA (5) KALI.

(RAKA’AT PERTAMA) : Bertakbir Takbiratul Ihram, dan bertakbir enam (6) kali setelahnya, kemudian membaca do’a istiftah, kemudian membaca al-Fatihah dan surat yang mudah baginya, kemudian ruku’, bangkit dari ruku’, kemudian sujud dua kali. Lalu berdiri untuk raka’at kedua.

(RAKA’AT KEDUA) : Juga dikerjakan seperti shalat ‘Id, ketika sudah berdiri tegak (setelah bangkit dari sujud, pen) dia bertakbir lima (5) kali, kemudian membaca membaca al-Fatihah dan surat yang mudah baginya, … (dst), kemudian membaca at-Tahiyyat, bershalawat kepada Nabi, lalu berdo’a dan salam, mirip dengan shalat ‘id.

Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengerjakan shalat Istisqa seperti ketika beliau shalat ‘Id.

Kemudian bangkit berkhutbah sekali khutbah. Dalam khutbah tersebut :
menasehati, mengingatkan, dan memperingatkan umat manusia dari sebab-sebab maksiat dan sebab-sebab terjadinya kekeringan. Memperingatkan mereka dari berbagai maksiat karena itu merupakan sebab terjadi kekeringan dan sebab tertahannya hujan, sekaligus sebab datangnya hukuman (dari Allah, pen). memberikan dorongan kepada umat manusia untuk bertaubat dan beristighfar. Membacakan kepada mereka ayat-ayat dan hadits-hadits tentang hal tersebut. lalu berdo’a kepada Allah dengan mengangkat kedua tangannya. Para makmum juga mengangkat kedua tangan berdo’a, memohon kepada Allah datangnya hujan yang bermanfaat.

Di antara bentuk do’anya :

«اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا » ثلاث مرات

Ya Allah berilah kami hujan bermanfaat, Ya Allah berilah kami hujan yang bermanfaat, Ya Allah berilah kami hujan yang bermanfaat. [HR. al-Bukhari 1014]

«اللهم اسقنا غيثا مغيثا، هنيئا، مريئا، غدقا، مجللا، سحا، طبقا، عاما، نافعا، غير ضار، تنمي به البلاد، وتغيث به العباد، وتجعله يا رب بلاغا للحاضر والباد »

“Ya Allah turunkanlah air kepada kami, hujan yang bermanfaat dan memberi manfaat, yang tenang dan nikmat, turun dengan deras, merata, berlimpah ruah, cocok/sesuai, menyeluruh, bermanfaat tidak berbahaya, dengannya negeri menjadi subur dan para hamba mendapatkan pertolongan, jadikanlah hujan tersebut – Ya Rabbi – mencukupi bagi penduduk kota maupun pedalaman.” [ lihat Majma’ al-Fawaid 2/250 ]

Ini di antara do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam .

اللهم أنبت لنا الزرع، وأدر لنا الضرع، واسقنا من بركاتك

“Ya Allah tumbuhkanlah tanaman untuk kami, penuhkanlah untuk kami susu perahan, dan turunkanlah air kepada kami dari barakah-Mu.”

Hendaknya kita meminta dengan sangat dalam do’a kita dan terus mengulang-ulang do’a :

اللهم اسقنا الغيث، ولا تجعلنا من القانطين

“Ya Allah siramkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang berputus asa.”

Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam

Kemudian MENGHADAP KIBLAT di tengah-tengah do’a, beliau menghadap kiblat dengan tetap mengangkat kedua tangannya, dan melanjutkan do’anya antara beliau dengan Rabb-nya dan tetap mengangkat tangan. Lalu beliau turun. Para makmum juga demikan, mengangakat kedua tangan dan berdo’a bersama imam. Ketika imam menghadap kiblat juga demikan, para makmum berdo’a juga antara mereka dengan Rabb mereka, mengangkat kedua tangan.

Termasuk sunnah : memindah letak rida’ (baju luar atas) di tengah-tengah khutbah ketika sedang menghadap kiblat.

Mengganti/memindahkan posisi rida’, yang tadinya di sebelah kanan dipindah ke kiri, jika memang dia mengenakan rida’ atau jubah luar, jika jubah luar maka di balik, jika tidak mengenakan apa-apa di atasnya maka qutrahnya yang di balik posisinya.

Para ‘ulama menjelaskan (hikmah membalik rida’ tersebut, adalah dalam rangka) mengharap nasib baik agar Allah mengganti dari kekeringan menjadi subur, dari kondisi sempit menjadi lapang, karena terdapat riwayat hadits secara mursal dari Muhammad bin ‘Ali al-Baqir :

«أن النبي صلى الله عليه وسلم حول رداءه ليتحول القحط »

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memindahkan/mengubah letak rida’-nya agar kekeringan juga berganti.” (riwayat ad-Daraquthni, al-Hakim).

Yakni berharap nasib baik (tafaa’ul).

Maka sunnah yang berlaku untuk kaum muslimin juga demikian.

…………………………………………

Adapun (memohon hujan) pada Khutbah Jum’at, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam TIDAK MEMINDAHKAN RIDA’. Beliau berdo’a meminta hujan ketika Khutbah Jum’at. Minta hujan bisa dalam Khutbah Jum’at  bisa juga dalam Khutbah ‘Id, bisa juga dalam kesempatan-kesempatan lain, baik ketika duduk di rumah atau di pasar tidak mengapa. Do’a memohon hujan bisa dilakukan oleh individu maupun kelompok.

Namun, apabila dilakukan dengan cara shalat dua raka’at (yakni shalat Istisqa’), maka hendaknya :
1. keluar ke tanah terbuka,
2. shalat berjama’ah seperti pelaksanaan shalat ‘Id,
3. lalu berkhutbah setelah itu,
4. berdo’a dan memindahkan posisi rida’-nya, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tatkala pada posisi menghadap kiblat.

……………………………

Boleh juga berkhutbah sebelum shalat, kemudian shalat (Istisqa). Datang riwayat dari Nabi dengan ini dan itu :
Terdapat riwayat bahwa beliau berkhutbah sebelum shalat, dan terdapat riwayat bahwa beliau berkhutbah setelah shalat seperti pada shalat ‘Id. Jika khutbah sebelum shalat, maka seperti shalat Jum’at. Semua cara tersebut dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau melakukan ini (cara pertama) dan itu (cara kedua).

………………………

Yang menjadi tujuan utama adalah berdo’a dan memohon dengan sangat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengangkat keluhan kepada-Nya agar menghilangkan kegentingan dan kekeringan serta berharap turunnya pertolongan dan hujan dari-Nya.

……………………………

terdapat riwayat pada sebagian hadits bahwa cara pelaksanaan dengan tiga kali rukuk (dalam satu raka’at, pen), ada juga dengan empat kali rukuk, ada juga dengan lima kali rukuk. Namun riwayat YANG PALING SHAHIH dan PALING KUAT menurut para pakar peniliti hadits dari kalangan para ‘ulama, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam shalat dua raka’at dengan dua kali rukuk saja (yakni masing-masing raka’at sekali rukuk, pen), dengan dua kali rukuk dan dua kali membaca al-Fatihah.

dinukil dari :

Fatawa Nur ‘ala ad-Darb 13/399

Majmu’ah Manhajul Anbiya

HADITS-HADITS TENTANG SHALAT ISTISQA

HADITS PERTAMA

عن ابْن عَبَّاسٍ قَالَ: «خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَاضِعًا مُتَبَذِّلًا مُتَخَشِّعًا مُتَرَسِّلًا مُتَضَرِّعًا، حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى، فَرَقَى عَلَى الْمِنْبَرِ، وَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَكُمْ هَذِهِ، وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ، وَالتَّضَرُّعِ، وَالتَّكْبِيرِ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ»

Dari shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan penuh tawadhu’, berpakaian biasa tidak berhias, penuh khusyu’, berjalan pelan, dan bersungguh-sungguh memohon (kepada Allah) hingga tiba di Mushalla (tanah terbuka untuk pelaksanaan shalat, pen).

Beliau pun kemudian naik mimbar dan  tidak berkhutbah seperti khutbah kalian ini, namun beliau tetap dalam do’a, memohon dengan sungguh-sungguh, dan bertakbir. Lalu beliau pun shalat dua raka’at SEPERTI PELAKSANAAN SHALAT ‘ID.”

HR. Ahmad 1/355, Abu Dawud 1165, at-Tirmidzi 558, an-Nasa’i 1/156, dan Ibnu Majah 1266. Dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah. Lihat pula Irwa’ul Ghalil 665.

HADITS KEDUA

عَنْ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ، فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ، فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى، وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ، فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَكَبَّرَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ قَالَ:

«إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ، وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ، وَقَدْ أَمَرَكُمُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ، وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ»، ثُمَّ قَالَ:

«الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ، وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ»،

ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ، فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ، ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ، وَقَلَبَ، أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ، وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَأَنْشَأَ اللَّهُ سَحَابَةً فَرَعَدَتْ وَبَرَقَتْ، ثُمَّ أَمْطَرَتْ بِإِذْنِ اللَّهِ، فَلَمْ يَأْتِ مَسْجِدَهُ حَتَّى سَالَتِ السُّيُولُ، فَلَمَّا رَأَى سُرْعَتَهُمْ إِلَى الْكِنِّ ضَحِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ، فَقَالَ: «أَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ»

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha  berkata, “Manusia mengeluhkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kondisi tidak ada hujan sama sekali. Maka beliau memerintahkan untuk disiapkan mimbar, kemudian diletakkan di Mushalla untuk beliau, seraya beliau menjanjikan hari tertentu agar mereka keluar pada hari tersebut.”

‘Aisyah lalu berkata, “Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar (pada hari yang dijanjikan, pen) ketika mulai tampak cahaya matahari. Beliau pun duduk di atas mimbar. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bertakbir dan memuji Allah ‘‘Azza wa Jalla (bertahmid), kemudian beliau bersabda,

“Kalian mengeluhkan negeri kalian yang mengalami kekeringan dan terlambatnya hujan dari awal waktunya. Allah telah memerintahkan kalian untuk berdo’a kepada-Nya dan menjanjikan kepada kalian bahwa Dia pasti mengabulkannya. Lalu Nabi berdo’a :

«الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ، وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ»

“Segala puji hanya bagi Allah Penguasa Alam semesta. Ar-Rahman ar-Rahim, Raja pada hari pembalasan. Tidak ada yang berhaq diibadahi kecuali Allah. Dia melakukan apa yang Dia kehendaki. Ya Allah, Engkaulah Allah, tidak ada ada ilah yang haq kecuali Engkau, Yang Maha Kaya, dan kami adalah fuqara (makhluk yang fakir/sangat butuh kepada-Mu). Turunkanlah kepada kami hujan yang menghilangkan berbagai kegentingan, dan jadikanlah hujan yang Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan bekal yang mencukupi kami dalam waktu yang lama.”

Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan beliau terus mengangkatnya hingga terlihat putih kedua ketiak beliau.

Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beliau menghadapkan punggungnya ke arah manusia (berarti beliau menghadap kiblat, pen), kemudian beliau membalik atau memindah posisi rida’ (baju luar)nya, dan beliau masih tetap mengangkat kedua tangannya.

Kemudian beliau kembali menghadap ke arah manusia dan turun (dari mimbar, pen). Lalu beliau shalat dua raka’at.

Tak lama setelah itu, Allah jadikan awan, dengan guntur dan kilat, kemudian TURUNLAH HUJAN dengan izin Allah. Tidak beliau mendatangi masjid beliau kecuali air telah mengalir dari berbagai penjuru. Ketika beliau melihat mereka cepat-cepat masuk rumah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun tertawa hingga tampak gigi-gigi gerahamnya, seraya beliau bersabda,

“Aku bersaksi bahwa Allah Maha Mampu atas segala sesuatu, dan bahwa aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.”

HR. Abu Dawud 1173.  Dishahihkan oleh Ibnu Hibban. An-Nawawi mengatakan, Sanad hadits ini hasan. Lihat pula Irwa’ul Ghalil 668, dan Shahih Sunan Abi Dawud/al-Umm.

Majmu’ah Manhajul Anbiya

Sumber :
http://www.manhajul-anbiya.net/tata-cara-shalat-istisqa/
https://manhajul-anbiya.net/1-hadits-hadits-tentang-shalat-istisqa/
https://www.manhajul-anbiya.net/2-hadits-hadits-tentang-shalat-istisqa/

Diperbarui
Tambahkan Komentar

Jazakumullahu khairan parantos sumping ka website Salafy ti Tasik.